ARTIKEL
ILMIAH
“SAWI
ASIN FERMENTASI”

Disusun Oleh : Hanif Aziz Syafiq
NIM :
2041510008
PRODI :
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
2017
1. Pendahuluan
Pengolahan bahan pangan secara tradisional sudah
dikenal sejak dahulu. Salah satu cara pengolahan yang dilakukan adalah dengan
fermentasi. Fermentasi telah lama digunakan dan merupakan salah satu cara
pemrosesan dan bentuk pengawetan makanan tertua. Fermentasi merupakan cara
untuk memproduksi berbagai produk yang menggunakan mikroba melalui aktivitas
metabolisme. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba pada
substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan
sifat bahan pangan akibat pemecahan kandungan bahan pangan tersebut, sehingga memungkinkan
makanan lebih bergizi, lebih mudah dicerna, lebih aman, dapat memberikan rasa
yang lebih baik dan memberikan tekstur tertentu pada produk pangan. Fermentasi
juga merupakan suatu cara yang efektif dengan biaya rendah untuk mengawetkan,
menjaga kualitas dan keamanan makanan.
Sawi hijau dalam bentuk segar merupakan bahan pangan
yang mudah rusak. Oleh sebab itu untuk mengawetkan sekaligus meningkatkan nilai
tambah sawi, seringkali dibuat sawi asin dengan fermentasi. Fermentasi adalah
suatu reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem biologi yang menghasilkan energi,
dimana sebagai donor dan akseptor elektron digunakan senyawa organik. Senyawa
organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk glukosa. Glukosa
akan diubah melalui reaksi oksidasi-reduksi dengan katalis enzim menjadi bentuk
lain, misalnya aldehida yang bisa diubah menjadi asam .Pembuatan sayur asin
merupakan salah satu metode pengawetan pangan yang tertua melalui metode
penggaraman. Garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga
membuat produk sayur asin lebih awet. Garam juga dapat memberikan efek pengawet
dengan cara menurunkan aw (ketersediaan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
mikroba).
2. ISI
Sayur asin merupakan produk olahan sayuran yang
mempunyai rasa khas. Sayur asin dihasilkan dari proses peragian dengan
menggunakan air tajin sebagai bahan pertumbuhan bakteri.Tujuan pembuatan sayur
asin ini untuk memperpanjang daya simpan sayuran yang mudah busuk dan rusak.
Sayur asin ini selain dibuat dari sawi, juga dari bahan-bahan lain, seperti:
genjer, kubis dan lain-lain. Sayur asin merupakan suatu produk yang mempunyai
cita rasa yang khas, yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat.
Dalam proses fermentasi sayuran digunakan bakteri alami yang terdapat dalam
sayur-sayuran, seperti sawi hijau, kubis, dsb. Jenis bakteri asam laktat yang
dibiarkan aktif adalah Leuconostoc mesenteroide, Lactobacillus
cucumeris, L. plantarum dan L. pentoaceticus.
Pada awal fermentasi, bakteri yang aktif dalam jumlah besar adalah bakteri
coliform, seperti Aerobacter cloacer, yang menghasilkan gas dan
asam-asam yang mudah menguap dan pada kondisi tersebut aktif pula bakteri Flavo-bacterium
rhenanus, yang menghasilkan senyawa-senyawa pembentuk cita rasa yaitu
kombinasi dari asam dan alkohol pembentuk ester. Fermentasi dilakukan dalam
keadaan anaerob, namun bila dalam tempat fermentasi ada udara, akan
mengakibatkan terjadinya proses pembusukan pada sayur asin. Dalam
pembuatan sayur asin ditambahkan garam. Penambahan garam tersebut berfungsi
untuk mengurangi bakteri pembusuk dan menyeleksi bakteri yang dikehendaki dan
garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sawi tertarik keluar melalui
proses osmosis. Setelah penyimpanan selama 1 minggu, sayur tersebut berbau
busuk, berwarna putih kekuningan, dan terbentuk cairan. Adanya pembusukan ini
diindikasikan oleh aromanya yang amis. Pembusukan ini disebabkan oleh
sedikitnya air yang keluar dari sayur tersebut. Hal itu disebabkan karena
selama proses fermentasi tampak tumbuh selaput keputih-putihan Mycoderma di
atas larutan garam tetapi kita tidak membuangnya, jadi selaput tersebut
merupakan mikoorganisme yang menyebabkan bau busuk tersebut. Untuk mencegah hal
tersebut, botol-botol fermentasi harus disimpan dalam udara terbuka agar
disinari matahari atau diberi lapisan minyak mineral yang netral di atas
larutan garam. Cara penambahan garam ada dua cara yaitu cara kering (penambahan
bubuk garam pada sayuran) dan cara basah (menggunakan larutan garam). Cara
kering menggunakan garam dalam bentuk padat atau kristal, dilakukan dengan cara
menyusun bahan dan garam dalam wadah secara berlapis dan ditetapkan pada
pembuatan sawi asin. Cara basah digunakannya larutan garam untuk merendam sawi
yang akan digarami dan umumnya pada pembuatan sawi asin. Pada proses
fermentasi, bakteri asam laktat anaerobik yang berperan ialah Lactobacillus
brevis, Pediococcus cereviceae, dan Lactobacillus plantarum.
3. KESIMPULAN
Sayur
asin merupakan salah satu produk fermentasi asam laktat dengan mikroba bakteri
asam laktat. Fermentasi tersebut dimulai dengan penambahan garam dengan tujuan
untuk mengurangi bakteri pembusuk dan menyeleksi bakteri yang dikehendaki untuk
proses peragian sayuran yang akan difermentasikan. Tujuan pembuatan sayur asin
ini untuk memperpanjang daya simpan sayuran yang mudah busuk dan rusak.
Dalam proses fermentasi
sayuran digunakan bakteri alami yang terdapat dalam sayur-sayuran, seperti sawi
hijau, kubis, dsb. Jenis bakteri asam laktat yang dibiarkan aktif adalah Leuconostoc
mesenteroide, Lactobacillus cucumeris, L. plantarum dan L.
pentoaceticus. Pada awal fermentasi, bakteri yang aktif dalam jumlah besar
adalah bakteri coliform, seperti Aerobacter cloacer, yang
menghasilkan gas dan asam-asam yang mudah menguap dan pada kondisi tersebut
aktif pula bakteri Flavo-bacterium rhenanus, yang menghasilkan
senyawa-senyawa pembentuk cita rasa yaitu kombinasi dari asam dan alkohol
pembentuk ester. Fermentasi dilakukan dalam keadaan anaerob, namun bila dalam
tempat fermentasi ada udara, akan mengakibatkan terjadinya proses pembusukan
pada sayur asin.
Dalam pembuatan sayur asin
ditambahkan garam. Penambahan garam tersebut berfungsi untuk mengurangi bakteri
pembusuk dan menyeleksi bakteri yang dikehendaki dan garam juga menyebabkan
cairan yang terdapat dalam sawi tertarik keluar melalui proses osmosis. Produk
sawi asin hasil fermentasi yang dihasilkan memiliki warna hijau muda, rasa
asin, aroma khas sawi asin, dan tekstur yang renyah.